Skip to content
KAHMI Sulsel
MW KAHMI Sulsel

  • Home
  • Tentang
    • Tentang Website
  • Sejarah KAHMI
  • Struktur Pengurus
  • Forhati
  • Opini
  • Hubungi Kami
KAHMI Sulsel
MW KAHMI Sulsel

 

Ujub, Penyakit Hati yang Menggerogoti Keikhlasan

Tim Redaksi Tim Redaksi, July 3, 2024July 3, 2024

Oleh: Munawir K

Ujub, atau perasaan kagum terhadap diri sendiri, merupakan salah satu penyakit hati yang sangat berbahaya dalam Islam.

Ujub dapat merusak amal ibadah dan membawa pada kesombongan. Dalam Islam, terdapat berbagai bentuk ujub yang dapat muncul dalam kehidupan sehari-hari.

Berikut adalah uraian tentang macam-macam jenis ujub beserta dalil-dalilnya dari Al-Quran, Hadis, dan pandangan para ulama.

Macam-Macam Jenis Ujub

1. Ujub terhadap Amalan Ibadah

Riya dan Pamer:

Ujub ini muncul ketika seseorang merasa bangga dan kagum dengan amalan ibadahnya sendiri, seperti shalat, puasa, atau sedekah, dan ingin menunjukkan kepada orang lain.
Allah SWT berfirman dalam Surah Al-Baqarah (2:264):

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُبْطِلُوا صَدَقَاتِكُم بِالْمَنِّ وَالْأَذَىٰ كَالَّذِي يُنفِقُ مَالَهُ رِئَاءَ النَّاسِ وَلَا يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ۖ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ صَفْوَانٍ عَلَيْهِ تُرَابٌ فَأَصَابَهُ وَابِلٌ فَتَرَكَهُ صَلْدًا ۖ لَّا يَقْدِرُونَ عَلَىٰ شَيْءٍ مِّمَّا كَسَبُوا ۗ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu merusak (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatu apapun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.”

Hadis tentang Riya:

Rasulullah SAW bersabda:

إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمْ الشِّرْكُ الْأَصْغَرُ قَالُوا: وَمَا الشِّرْكُ الْأَصْغَرُ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: الرِّيَاءُ

“Sesungguhnya yang paling aku khawatirkan atas kalian adalah syirik kecil.” Mereka bertanya, “Apa itu syirik kecil, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Riya’.” (HR. Ahmad)

2. Ujub terhadap Pengetahuan

Kebanggaan atas Ilmu:

Ujub ini terjadi ketika seseorang merasa bangga dan kagum dengan pengetahuannya, serta merasa lebih pintar atau lebih berilmu dari orang lain. Hal ini dapat menyebabkan kesombongan dan meremehkan orang lain.

Allah SWT berfirman dalam Surah Al-Kahf (18:32-39), kisah dua orang laki-laki yang diberi kebun:

وَاضْرِبْ لَهُم مَّثَلًا رَّجُلَيْنِ جَعَلْنَا لِأَحَدِهِمَا جَنَّتَيْنِ مِنْ أَعْنَابٍ وَحَفَفْنَاهُمَا بِنَخْلٍ وَجَعَلْنَا بَيْنَهُمَا زَرْعًا
كِلْتَا الْجَنَّتَيْنِ آتَتْ أُكُلَهَا وَلَمْ تَظْلِم مِّنْهُ شَيْئًا ۚ وَفَجَّرْنَا خِلَالَهُمَا نَهَرًا
وَكَانَ لَهُ ثَمَرٌ فَقَالَ لِصَاحِبِهِ وَهُوَ يُحَاوِرُهُ أَنَا أَكْثَرُ مِنكَ مَالًا وَأَعَزُّ نَفَرًا

“Dan berikanlah kepada mereka sebuah perumpamaan dua orang laki-laki, Kami jadikan untuk seorang di antara keduanya (dua buah kebun) dari anggur dan Kami kelilingi kedua kebun itu dengan pohon-pohon kurma dan di antara kedua kebun itu Kami buatkan ladang. Kedua kebun itu menghasilkan buahnya, dan kebun itu tidak mengurangi sedikitpun dari buahnya; dan Kami alirkan sungai di celah-celah kedua kebun itu. Dan dia mempunyai kekayaan besar, maka ia berkata kepada kawannya (yang mu’min) ketika ia bercakap-cakap dengannya: ‘Hartaku lebih banyak daripada hartamu dan pengikut-pengikutku lebih kuat.'”

3. Ujub terhadap Keturunan dan Keturunan

Bangga atas Asal Usul:

Ujub ini terjadi ketika seseorang merasa bangga dan kagum dengan keturunannya atau keluarganya, sehingga meremehkan orang lain yang tidak berasal dari keturunan atau keluarga yang sama.
Allah SWT berfirman dalam Surah Al-Hujurat (49:13):

BACA:  Refleksi Filosofis Qurban: Menjalin Kebersamaan dan Menguatkan Ketakwaan

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”

Hadis tentang Asal Usul:

Rasulullah SAW bersabda:

لَيْسَ مِنَّا مَنْ دَعَا إِلَى عَصَبِيَّةٍ وَلَيْسَ مِنَّا مَنْ قَاتَلَ عَلَى عَصَبِيَّةٍ وَلَيْسَ مِنَّا مَنْ مَاتَ عَلَى عَصَبِيَّةٍ

“Bukan termasuk golongan kami orang yang menyeru kepada ‘ashabiyyah (fanatisme kesukuan), bukan termasuk golongan kami orang yang berperang karena ‘ashabiyyah, dan bukan termasuk golongan kami orang yang mati karena ‘ashabiyyah.” (HR. Abu Dawud)

4. Ujub terhadap Kecantikan atau Keperkasaan

Bangga atas Penampilan Fisik:

Ujub ini terjadi ketika seseorang merasa bangga dan kagum dengan penampilan fisiknya, baik itu kecantikan, keperkasaan, atau kekuatan, dan meremehkan orang lain yang tidak memiliki penampilan fisik yang sama.
Allah SWT berfirman dalam Surah Al-Qasas (28:79):

فَخَرَجَ عَلَىٰ قَوْمِهِۦ فِى زِينَتِهِۦ ۖ قَالَ ٱلَّذِينَ يُرِيدُونَ ٱلْحَيَوٰةَ ٱلدُّنْيَا يَـٰلَيْتَ لَنَا مِثْلَ مَآ أُوتِىَ قَـٰرُونُ إِنَّهُۥ لَذُو حَظٍّ عَظِيمٍ

“Maka keluarlah Karun kepada kaumnya dalam kemegahannya. Berkatalah orang-orang yang menghendaki kehidupan dunia: ‘Moga-moga kiranya kita mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada Karun; sesungguhnya ia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar.'”

Hadis tentang Kecantikan dan Kesombongan:

Rasulullah SAW bersabda:

لاَ يَدْخُلُ الجَنَّةَ مَن كَانَ في قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِن كِبْرٍ

“Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya ada seberat biji sawi dari kesombongan.” (HR. Muslim).

Perspektif Analitis Kritis Tentang Ujub

1. Akar Munculnya Rasa Ujub

Akar dari ujub adalah kecintaan berlebihan terhadap diri sendiri yang mengaburkan pengakuan terhadap keagungan Allah SWT.

Ujub muncul dari keyakinan bahwa apa yang dimiliki atau dicapai seseorang adalah hasil dari usaha sendiri tanpa menyadari bahwa semua itu berasal dari karunia Allah.

Kesombongan adalah manifestasi dari ujub. Ketika seseorang merasa dirinya lebih baik dari orang lain, ia telah jatuh ke dalam perangkap kesombongan yang merusak hubungan sosial dan spiritual.

2. Dampak Ujub Terhadap Amal Ibadah

Ujub dapat merusak amal ibadah karena menjadikan niat seseorang tidak murni.

Amal yang seharusnya dilakukan untuk mencari ridha Allah menjadi sia-sia karena dilakukan untuk mendapatkan pengakuan dari manusia.

Dalam Surah Al-Kahf (18:110), Allah SWT mengingatkan tentang pentingnya keikhlasan dalam beramal:

فَمَن كَانَ يَرْجُوا لِقَاءَ رَبِّهِۦ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًۭا صَـٰلِحًۭا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِۦٓ أَحَدًۭا

“Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadat kepada Tuhannya.”

Perspektif Holistik Tentang Ujub

1. Pentingnya Keikhlasan

Keikhlasan adalah antidote dari ujub. Seorang Muslim harus senantiasa mengingat bahwa segala sesuatu yang ia miliki dan capai adalah karunia dari Allah SWT, dan hanya kepada-Nya segala pujian dan syukur harus ditujukan.

BACA:  Makna Filosofis dan Spiritual Ibadah Kurban: Integrasi Antara Ketaatan Ritual dan Etika Sosial

Dalam Surah Az-Zumar (39:11), Allah SWT berfirman:

قُلْ إِنِّي أُمِرْتُ أَنْ أَعْبُدَ اللَّهَ مُخْلِصًا لَّهُ الدِّينَ

“Katakanlah: ‘Sesungguhnya aku diperintahkan supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama.'”

2. Peran Tafakur dan Muhasabah

Tafakur (berpikir mendalam) dan muhasabah (introspeksi) adalah cara untuk menjaga diri dari ujub. Dengan sering merenungkan kebesaran Allah dan kelemahan diri, seorang Muslim dapat menghindari perasaan ujub.

Umar bin Khattab RA berkata:

حاسبوا أنفسكم قبل أن تحاسبوا وزنوها قبل أن توزنوا

“Hisablah (introspeksilah) dirimu sebelum kamu dihisab (diperhitungkan), dan timbanglah amalmu sebelum amalmu ditimbang.”

Perspektif Filosofis tentang Ujub

1. Ujub dan Konsep Diri dalam Islam

Dalam Islam, konsep diri yang sehat adalah yang seimbang antara pengakuan akan kelemahan manusia dan kesadaran akan kekuasaan Allah.

Ujub mengganggu keseimbangan ini dengan mengarahkan perhatian pada diri sendiri dan mengabaikan kebergantungan pada Allah.

Ibnu Atha’illah dalam kitabnya Al-Hikam menyatakan:

أصلُ كل معصية وشهوة وغفلة: الرضا عن النفس

“Akar dari segala maksiat, syahwat, dan kelalaian adalah rasa puas terhadap diri sendiri.”

2. Pendidikan dan Pembinaan Karakter

Pendidikan yang menekankan tawadhu (kerendahan hati) dan syukur sangat penting dalam pembinaan karakter Muslim. Dengan menyadari bahwa segala pencapaian adalah anugerah Allah, seseorang akan lebih mudah menghindari ujub.

Imam Al-Ghazali dalam Ihya’ Ulumuddin menyebutkan pentingnya adab dan akhlak dalam pendidikan untuk menghindari penyakit hati seperti ujub.

Walhasil, Sikap Ujub ini merupakan perasaan bangga yang berlebihan terhadap diri sendiri, yang muncul dari keyakinan bahwa seseorang memiliki kelebihan atau keunggulan tertentu tanpa mengakui bahwa semua kelebihan itu berasal dari Allah SWT.

Ujub dapat mengarah pada keangkuhan dan merusak hati seseorang , karena membuat diri merasa lebih baik daripada orang lain dan kehilangan keikhlasan dalam beramal.

Ciri-Ciri (Indikator) Ujub

1. Merasa Lebih Baik dari Orang Lain

Orang yang ujub sering merasa dirinya lebih baik dalam aspek tertentu, baik itu dalam hal ibadah, ilmu, keturunan, atau penampilan fisik.

2. Tidak Mengakui Peran Allah

Ujub mengaburkan kesadaran bahwa segala kemampuan dan keberhasilan adalah karunia dari Allah. Orang yang ujub cenderung menganggap semua itu sebagai hasil usahanya sendiri.

3. Mengharapkan Pujian

Orang yang ujub biasanya mengharapkan pengakuan dan pujian dari orang lain atas apa yang mereka lakukan atau miliki.

Dampak Negatif Ujub

1. Merusak Amal Ibadah

Amal yang dilakukan dengan niat ujub tidak akan diterima oleh Allah karena niatnya tidak murni untuk Allah, tetapi untuk mendapatkan pengakuan dari manusia.

2. Menumbuhkan Kesombongan

Ujub adalah pintu menuju kesombongan, yang merupakan sifat tercela dalam Islam dan dapat menghalangi seseorang dari rahmat Allah.

3. Mengganggu Hubungan Sosial

Ujub dapat merusak hubungan dengan orang lain karena seseorang yang ujub cenderung merendahkan dan meremehkan orang lain.

Dalil-Dalil Tentang Ujub

1. Al-Qur’an:

Allah SWT berfirman dalam Surah Luqman (31:18):

وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِي الْأَرْضِ مَرَحًا ۖ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ

BACA:  Dengki, Penyakit Hati yang Menghancurkan Kebaikan dan Keharmonisan

“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.”

2. Hadis:

Rasulullah SAW bersabda:

إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمْ الشِّرْكُ الْأَصْغَرُ قَالُوا: وَمَا الشِّرْكُ الْأَصْغَرُ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: الرِّيَاءُ

“Sesungguhnya yang paling aku khawatirkan atas kalian adalah syirik kecil.” Mereka bertanya, “Apa itu syirik kecil, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Riya’.” (HR. Ahmad)

Cara Menghindari Ujub

1. Menyadari Keterbatasan Diri

Sadarilah bahwa semua kelebihan yang dimiliki adalah karunia dari Allah dan bisa diambil kapan saja. Hal ini dapat menumbuhkan rasa tawadhu (rendah hati).

2. Selalu Mengingat Allah

Dengan selalu mengingat Allah dan bersyukur atas segala nikmat-Nya, seseorang dapat terhindar dari perasaan ujub.

3. Berdoa Meminta Perlindungan dari Ujub

Rasulullah SAW mengajarkan umatnya untuk berdoa meminta perlindungan dari penyakit hati, termasuk ujub.

4. Berkaca pada Kekurangan Diri

Dengan merenungi kekurangan diri sendiri dan memperbaikinya, seseorang dapat mengurangi rasa kagum yang berlebihan terhadap dirinya.

Dengan demikian Ujub adalah penyakit hati yang sangat berbahaya dalam Islam karena dapat merusak amal ibadah dan menumbuhkan kesombongan.

Islam mengajarkan untuk selalu bersikap rendah hati dan mengakui bahwa segala kelebihan dan keberhasilan adalah karunia dari Allah SWT.

Dengan menyadari bahaya ujub dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam tentang keikhlasan dan tawadhu, seorang Muslim dapat menjaga hati dari penyakit ini.

Dalil-Dalil yang Menunjukkan Bahaya Ujub

1. Dalil dari Al-Quran:

Allah SWT berfirman dalam Surah Luqman (31:18):

وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِي الْأَرْضِ مَرَحًا ۖ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ

“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.”

2. Dalil dari Hadis:

– Rasulullah SAW bersabda:

مَنْ تَعَظَّمَ فِي نَفْسِهِ، وَاخْتَالَ فِي مَشْيَتِهِ، لَقِيَ اللَّهَ وَهُوَ عَلَيْهِ غَضْبَانُ

“Barangsiapa yang merasa dirinya besar dan sombong dalam jalannya, maka ia akan bertemu Allah dalam keadaan Allah murka padanya.” (HR. Ahmad dan Tirmidzi).

Kesimpulan

Ujub adalah penyakit hati yang berbahaya yang dapat muncul dalam berbagai bentuk seperti kebanggaan atas amalan ibadah, pengetahuan, keturunan, dan penampilan fisik.

Ujub merusak keikhlasan dan dapat membawa pada kesombongan yang dilarang dalam Islam.

Dengan memahami akar, dampak, dan cara menghindari ujub melalui introspeksi, pendidikan, dan pengembangan karakter, seorang Muslim dapat menjaga hati dari penyakit ini dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. [*]

Jangan Lewatkan:

Wukuf di Padang Arafah: Introspeksi dan Taubat Menyucikan Hati di Hadapan Allah

Makna Filosofis dan Spiritual Ibadah Kurban: Integrasi Antara Ketaatan Ritual dan Etika Sosial

Munas KAHMI XI di Kota Palu: Momentum Kader dan Alumni HMI Menjadi Pelopor Pemimpin Berkarakter Memb...

Prasangka Buruk: Perusak Hubungan dan Harmonisasi

INFORMASI TERBARU

  • Berita

    MD KAHMI Maros Gelar Halalbihalal: Pererat Silaturahmi Antar Kader

  • Berita

    Ni’matullah di Bukber KAHMI Sulsel: Silaturahmi Menjadi Sarana Klarifikasi dan Penguatan Solidaritas

  • Kegiatan KAHMI
    Artikel

    Masa Depan Gerakan Keummatan di Indonesia di Era Presiden Prabowo Subianto

  • Peran dan Dinamika KAHMI dalam Politik Kebangsaan
    Artikel

    Peran dan Dinamika KAHMI dalam Politik Kebangsaan

  • Dialog KAHMI Sulsel Hadirkan Munafri Arifuddin, Bahas Permasalahan kota Makassar
    Berita

    KAHMI Sulsel Gelar Dialog Publik, Walikota Makassar Terpilih Munafri Arifuddin Komitmen Rangkul Aspirasi Warga

ARTIKEL POPULER

  • Rumaisha Hasan
    BeritaForhati

    Breaking News: dr Rumaisha Hasan Pimpin Presidium FORHATI Sulsel Periode 2022-2027

  • Calon Presidium Forhati Sulsel 2022-2027
    BeritaForhati

    Inilah 6 Kandidat Jelang Pemilihan Presidium FORHATI Sulsel

  • Suasana MUSDA MD KAHMI Luwu Timur
    BeritaKahmisiana

    Terpilih Aklamasi, Ramadhan Pirade Pimpin MD KAHMI Luwu Timur

  • Mubyl Handaling
    BeritaNasional

    Kabar Duka! Mantan Ketua KAHMI Sulsel Mubyl Handaling Tutup Usia

  • Aminullah
    Opini

    Munas KAHMI XI di Kota Palu: Momentum Kader dan Alumni HMI Menjadi Pelopor Pemimpin Berkarakter Membangun Negeri

RSS OPINI TERBARU

  • Prasangka Buruk: Perusak Hubungan dan Harmonisasi
  • Mengurai Tantangan Dakwah di Era Transisi (Refleksi Menyambut 1 Muharram 1446 H)
  • Penyebab Kesombongan, Bahaya dan Cara Mengatasinya
  • Dengki, Penyakit Hati yang Menghancurkan Kebaikan dan Keharmonisan
  • Ujub, Penyakit Hati yang Menggerogoti Keikhlasan

MW KAHMI Sulsel

Website ini dikelola oleh Lembaga Penerbitan dan Media Digital (LPMD) MW KAHMI SULSEL
Kantor Redaksi: Jln. Toddopuli VII/26, Borong, Kec. Manggala Kota Makassar – Sulawesi Selatan
E-mail : redaksikahmisulsel@gmail.com
Telp/WA: 0811-4455-212 (Abudhar)

DISCLAIMER
Diperbolehkan mengutip sebagian atau keseluruhan isi pemberitaan di website ini dengan menyertakan kredit ke LPMD MW KAHMI Sulsel.
©2025 LPMD MW KAHMI Sulsel