Sejarah KAHMI

Sejarah Singkat KAHMI

Pentingnya keberadaan organisasi bersifat kekeluargaan untuk mewadahi para alumni dilatarbelakangi banyak kontribusi para jebolan kader “Hijau Hitam” di berbagai bidang, dari birokrasi hingga di dunia pendidikan.

Mulanya, gagasan tersebut disampaikan bersamaan dengan Kongres VIII HMI di Kota Surakarta, Jawa Tengah (Jateng), pada 10-17 September 1966. Dalam forum itu, ide terbentuknya Korps HMI-wati (KOHATI) juga diajukan.

Akhirnya pada 15 September, dideklarasikan Musyarah Nasional (Munas) Alumni HMI, yang menyepakati dibentuknya KAHMI (Korps Alumni HMI). KAHMI lalu disahkan pada 17 September. Pun demikian dengan KOHATI.

Tidak seperti membalikkan telapak tangan, banyak rintangan dalam pelaksanaan Kongres VIII HMI mengingat Solo, nama lain Surakarta, menjadi basis Partai Komunis Indonesia (PKI).

Pangkalnya, setahun sebelumnya, Ketua Committee Central PKI, DN Aidit, menyerukan pembubaran HMI dengan dalih menyeleweng dari garis revolusi.

Pernyataan tersebut disampaikannya dalam perayaan 45 Tahun PKI sekaligus penutupan Kongres Cencentrasi Gerakan Mahasiswa Indonesia (CGMI) di Stadion Istora Senayan, Jakarta, pada 28 September 1965. Acara turut dihadiri Presiden Soekarno.

Oleh karena itu, para peserta diinapkan di rumah-rumah penduduk agar berbaur dengan masyarakat setempat sehingga “tidak terendus” PKI. Adapun kongres diadakan di Wisma Batari, Jalan Slamet Riyadi.

Pada awal pendiriannya, KAHMI merupakan badan khusus HMI sebagai tempat informasi juga wadah konsultasi bagi HMI setempat.

Seiring waktu, tepatnya pada 1987, KAHMI secara resmi putus hubungan dengan HMI karena sudah menjadi organisasi kemasyarakat (ormas) tersendiri.

Pada tahun yang sama, dibentuk Presidium KAHMI Nasional dan berkantor di Jalan Johar, Menteng, Jakarta Pusat. Saat ini, KAHMI tingkat pusat bernama Majelis Nasional dengan sekretariat di Jalan Turi, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. [via]