FORHATI: Kemiskinan dan Penderitaan Lunturkan Ketauhidan Umat

Manado – Ketua Umum Majelis Nasional Forum Alumni HMI-Wati (FORHATI), Hanifah Husein, menyatakan, dunia terus berubah dan bergerak dengan cepat. Perubahan berlangsung dengan dahsyat, total, elementer, masif, dan tiada henti.

“Ini era di mana dunia sedang mencari pola-pola keseimbangan baru yang mungkin tidak pernah manusia pikirkan,” ucapnya dalam pidato di sela-sela Kongres Himpunan Mahasiswa Islam Majelis Penyelamat Organisasi (HMI MPO) di Kota Manado, Sulawesi Utara.

“Perubahan dunia ini bukan hanya dikendalikan oleh otak manusia, tetapi lebih jauh dari itu, dikendalikan nyaris sepenuhnya oleh mesin-mesin digital yang dibuatnya sendiri,” imbuh dia.

Hanifah melanjutkan, pergerakan oleh mesin-mesin tersebut berlangsung tanpa henti setiap detik hingga tahunnya. Namun, ada makna terdalam yang dapat digali dari perubahan tersebut.

“Sebagai kelompok kaum beriman, saya menyadari bahwa pergerakan dari perubahan itu pasti ada yang menggendalikan. Sebab, perubahan itu sangat dahsyat, menyentuh kehidupan kita yang esensial,” jelasnya.

“Saya pribadi meyakini pula bahwa perubahan itu hanya Allah yang mengendalikannya. Di situlah pentingnya kita kembali kepada Allah Rabbul Izzati. Allah adalah penyebab utama dalam hidup kita, Allah jualah yang mematikan kita, termasuk mematikan kerja mesin-mesin yang berputar sangat cepat itu,” tambahnya.

Karenanya, Hanifah mengajak para kader HMI sebagai aktivis pergerakan Islam menyadari tanda-tanda ketauhidan tersebut sebagai bukti kita tetap beriman kepada Allah SWT.

“Bukan seperti orang-orang yang larut dalam kecanggihan informasi dan semata-mata hanya menjadi hamba dari benda-benda dan kemewahan dunia,” ujar Direktur Utama PT Insan Cita Mandiri Sejahtera (ICMS) ini.

Sayangnya, ungkap Hanifah, situasi ketauhidan mulai luntur akibat kemiskinan dan penderitaan yang dialami umat muslim. Dampaknya, antarumat mudah terpecah belah.

“Kita semakin mudah terjebak oleh jebakan dan tarikan materialisme, hedonisme, dan pragmatisme yang melampaui batas-batas kewajaran,” tegasnya. “Melampuai batas itu, dalam pandangan Islam sebagai jalan hidup, kita adalah sesuatu yang dimurka Allah.”

Dirinya mengingatkan, Allah sangat benci orang-orang yang melampaui batas. “Untuk itu, terhadap orang-orang sombong, kita harus bersikap tegas sebagai wujud dari ekspresi ketauhidan kita kepada Allah Yang Maha Mengendalikan,” serunya. [via]